Jum`at, 20 September 2024

Ganjar-Mahfud Dinilai Sosok Tepat Bagi Keberlangsungan Demokrasi dan Penegakan Hukum

SERANG, TitikNOL - Pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dinilai sosok yang tepat bagi keberlangsungan demokrasi dan penegakan hukum di Indonesia. Penilaian ini datang dari tokoh masyarakat Banten, KH Amas Tajuddin.

Amas tak menampik dua kandidat presiden-wakil presiden lainnya merupakan sosok ideal bagi bangsa Indonesia. Terlebih, KPU sudah menetapkan 3 pasangan calon bertarung pada Pilpres 2024.

"Saya pikir semua juga sosok ideal karena sudah diproses melalui KPU dan sudah terbit dan soal yang terbaik dari ketiga calon itu ada walaupun cuma sedikit bedanya tapi ada yang terbaik yang harus dipilih," kata Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten ini usai acara diskusi di Kota Serang, Kamis (14/12/2023).

Menurutnya, ketiga pasangan calon presiden-wakil presiden adalah tokoh yang layak memimpin Indonesia. Namun, dalam demokrasi, sosok terbaik di antara yang baik harus dipilih untuk memimpin bangsa Indonesia 5 tahun ke depan.

"Tentu yang dipilih yang paling baik di antara ketiga calon tersebut, saya kira itu maknanya agar ke depan Indonesia tidak lagi mengalami hambatan-hambatan berarti dalam proses pembangunan ke depan yang lebih maju," katanya.

Kendati begitu, Amas menilai sosok terbaik soal keberlangsungan demokrasi dan penegakan hukum di Indonesia jatuh pada pasangan Capres Ganjar-Mahfud. Latar belakang dan pengalaman pasangan ini dinilai mumpuni untuk urusan keadilan sosial dan penegakan hukum.

"Saya bukan dalam posisi kampanye jadi tidak bisa menjawab siapa yang harus saya pilih, tapi dari ketiga calon ini tentu profilnya demokrasi harus dilakukan seluas-luasnya dengan pendekatan hukum, dan itu Prof Mahfud MD sudah teruji kualitas soal penegakan hukum yang dia lakukan," ujarnya.

Sementara, Peneliti Senior Populi Center Usep Saepul Ahyar menilai, pada Pilpres 2024 ini, pemilih milenial dan Gen Z pada Pilpres 2024 diketahui mencapai 51 persen dari jumlah pemilih. Pemilih kategori ini bisa menjadi penentu kemenangan pada Pilpres 2024. Pertimbangan rasional dalam memilih pemimpin dinilai akan menghasilkan sosok pemimpin yang lebih baik.

"Memang harus dibawa pemilih-pemilih pemula ini ke pemilih yang lebih rasional agar menghasilkan pemimpin yang lebih baik didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang rasional, jadi pemilih-pemilih rasional itu ya pemilih yang memang mempertimbangkan kondisi apa yang harus dihadapi, lalu kemudian memilih pemimpin yang bisa menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa," ujarnya.

Memilih calon pemimpin menggunakan pendekatan emosional masih mendominasi di Indonesia. Menurutnya, pemilih muda diharapkan lebih kritis dalam menentukan pilihannya pada Pilpres 2024 ini. Jika pemilih muda ini menggunakan pendekatan rasional proses demokrasi dinilai selangkah lebih maju.

"Jadi menurut saya harus lebih mengkritisi pada persoalan-persoalan yang akan dikerjakan oleh ketiga Capres ini, menurut saya itu lebih maju dari pada hanya persoalan-persoalan yang sifatnya emosional yang mana di Indonesia saat ini lebih mendominasi pemilih atau perilaku politik kita," katanya. (TN)

Komentar