Rabu, 9 April 2025

Jelang Pilpres 2019, KH. Raden Yusuf Prianadi: Umat Harus Perkuat Persaudaraan

Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tariqah Qadariah wa Naksabandiah (TQN) al-Mubarok, Desa Cinangka, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, KH. Raden Yusuf Prianandi saat ditemui di kediamannya, Senin (25/2/2019).
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tariqah Qadariah wa Naksabandiah (TQN) al-Mubarok, Desa Cinangka, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, KH. Raden Yusuf Prianandi saat ditemui di kediamannya, Senin (25/2/2019).

SERANG, TitikNOL – Menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, suhu politik kian hangat. Kerawanan gesekan yang tidak perlu dalam pelaksanaan hajat demokrasi harus dihindari untuk menciptakan keamanan bersama dan mengikat persaudaraan sesama anak bangsa.

“Pilpres itu bagian dari demokrasi. Jangan menganggap Pilpres ini sebagai peperangan. Ini hanya pelaksanaan demokrasi lima tahunan, jangan dikait-kaitkan dengan akidan dan agama tertentu. Jangan ada yang memicu perpecahan bangsa,” kata Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tariqah Qadariah wa Naksabandiah (TQN) al-Mubarok, Desa Cinangka, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, KH. Raden Yusuf Prianandi ditemui di kediamannya, Senin (25/2/2019).

Yusuf mengimbau agar semua pihak menahan diri dan bersama-sama menciptakan keamanan di masyarakat. Sebab, kata dia, keamanan akan berimbas pada ekonomi, sosial dan politik di tanah air. Jika dengan pelaksanaan Pilpres 2019 terjadi perpecahan di masyarakat, ia khawatir, akan menimbulkan kondisi yang merugikan masyarakat Indonesia.

“Banyak yang melupakan jasa pahlawan memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Jangan sampai kemerdekaan yang sudah direbut oleh para pendahulu kita, dirusak oleh orang-orang yang ingin menggeser Pancasila dengan dasar negara yang lain,” kata dia.

Lebih lanjut, Yusuf mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya di Banten untuk menggunakan hak pilih dalam pemilu 17 April 2019 mendatang. Sebab, kata dia, menggunakan hak pilih merupakan bentuk rasa sukur karena telah diberi kebebasan dalam menentukan pemimpin bangsa. “Harus digunakan sebaik-baiknya suara kita untuk membangun bangsa. Bentuk sukur itu dengan menggunakan hak pilih.”

Dengan memberikan hak pilih dalam Pemilu 2019 mendatang, pemimpin yang baik akan mendatangkan pahala tidak saja untuk pemilih juga untuk pemimpin yang baik. “Siapa pun presidennya, harus yang bisa saling merangkul dan tidak membenci dan mengasingkan yang lain. Oposisi boleh, namun tidak merusak persaudaraan,” ujarnya. (Gat/TN2)

Komentar
Tag Terkait
Berita Terkait