TitikNOL - Ponsel terbaru dengan iming-iming spek 5G bertebaran di saat jaringannya belum meluas. Pakar menjawab soal urgensi alih gadget berkualifikasi ngebut tersebut.
Belakangan, rilis ponsel terbaru dengan embel-embel standar jaringan 5G, yang pada intinya adalah teknologi jaringan seluler generasi kelima yang membuat internetan lebih ngebut, makin ramai.
Contohnya, Redmi Note 12 Pro5G dan realmi 10 Pro 5G Coca Cola Edition yang mulai dijual di pasar RI April, Samsung Galaxy A23 5G yang dirilis September 2022, hingga Oppo Find X5 Pro 5G di Juni 2022.
Dikutip dari situs Institut Teknologi Bandung (ITB), Konsultan PT. Lembaga Afiliasi Penelitian Indonesia (LAPI) ITB Ivan Samuels mengungkap penerapan 5G di Indonesia berpotensi meningkatkan pendapatan domestik bruto (PDB) secara kumulatif dari 2021-2030 hingga 9,5 persen atau Rp2.874 triliun.
Selain itu penerapan 5G juga berpeluang menciptakan hingga 5,1 juta lapangan kerja baru dan meningkatkan produktivitas per kapita sampai dengan Rp11 Juta di periode yang sama.
Pertanyaannya, memang jaringannya mendukung?
Laporan Global Suppliers Association (GSA) hingga akhir 2021, dikutip dari situs Kementerian Komunikasi dan Informatika, setidaknya 89 negara sudah menerapkan 5G.
Di kawasan Asia, China tercatat sebagai negara dengan koneksi 5G terbanyak dengan mencapai lebih dari 384 juta warga, disusul Jepang (25,15 juta), dan Korea Selatan (16,1 juta).
Sementara, jaringan 5G di Indonesia, yang beroperasi komersial sejak Mei 2021, baru tersedia di sembilan wilayah. Yakni, Jabodetabek, Solo, Medan, Balikpapan, Surabaya, Makassar, Bandung, Batam, dan Denpasar.
Kecepatan rata-rata internet 5G di Indonesia setidaknya 64,3 Mbps untuk mengunduh (download) dan 19,6 Mbps untuk rerata kecepatan unggah (upload), merujuk laporan OpenSignal 1 Februari hingga 1 Mei 2022.
Angka itu masih jauh dibanding Korea Selatan yang menjadi nomor wahid di dunia yakni rata-rata 449,31 Mbps untuk unduh dan 36,1 Mbps untuk mengunggah.
Penerapan 5G pun lebih untuk kalangan bisnis. Contohnya, kerjasama antara Telkomsel dengan ZTE Corporation dalam hal penerapan jaringan 5G berbasis pita frekuensi 2.3 GHz di kawasan maritim.
Dalam siaran persnya, kerja sama ini bertujuan mendukung "akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional yang kian pesat melalui penyediaan konektivitas digital bagi pengembangan sektor perikanan dan wisata bahari, sekaligus memenuhi peningkatan permintaan akses komunikasi di wilayah maritim potensial di Indonesia."
Dalam pengembangan
Pengamat Telekomunikasi dari ITB Ian Yosep mengakui saat ini penggunaan jaringan 4G untuk ber-Hp ria masih mumpuni.
"Kalau sekarang pakai 4G masih oke, tapi nanti kan berubah. Istilah kita customer experience ya. Karena [jika] customer biasa pakai 5G yang lebih cepat, nanti pakai 4G kerasa tidak nyaman," tuturnya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (22/5).
Menurut dia, jaringan 5G di Indonesia masih ada keterbatasan meski punya potensi besar. Pemicunya adalah, pertama, keterbatasan kegiatan yang saling berkaitan antara perangkat dan manusia, alias use case.
Teknologi yang bisa optimal jika memakai 5G di antaranya adalah automatisasi di industri hingga augmented reality (AR).
Kedua, lanjut Ian, kesiapan infrastruktur jaringannya.
"Memang harus dicari use case apa yang cocok untuk pakai 5G. Kan bukan hanya di radionya, tapi termasuk backbone-nya juga harus siap," tutur dia.
Ketiga, jaringan 5G masih mahal ketimbang 4G.
"Teknologi sekarang ini yang 4G masih murah karena udah lama, sekarang 5G masih mahal. Suatu hari harga 5G pasti akan lebih murah. Karena [5G kelak] lebih lebih murah, nanti 4G akan mahal," tutur Ian.
Di saat 5G lebih murah itulah penggunaan ponsel spek 5G akan lebih masif.
"Hp pun yang 4G pasti enggak laku, yang laku 5G. Jadi secara industri sebetulnya sangat menguntungkan. Bandwithnya pasti juga akan murah. Bagi masyarakat menguntungkan, bagi industri juga menguntungkan," urai dia.
Keempat, kecepatannya yang belum riil 5G. Ia menyebut 5G mestinya 10 kali lipat lebih cepat ketimbang 4G. Masalahnya, ada keterbatasan alokasi frekuensi.
Dikutip dari situs Telkomsel, 5G memiliki koneksi data 20 kali lebih cepat untuk download dan streaming; 10 kali lebih responsif lantaran latensi yang sangat rendah, serta kapasitasnya 10 kali lebih besar hingga bisa menghubungkan lebih banyak perangkat tanpa menurunkan kualitas jaringan.
Untuk menyiasatinya, Ian menyarankan operator seluler berbagi frekuensi agar efektif mendukung 5G.
"Itulah yang diperlukan supaya masyarakat juga penasaran 5G, oh beneran real 5G nih," ucap Ian.
Berita ini telah tayang di cnnindonesia.com, dengan judul: Penting Enggak sih 'Upgrade' ke Hp 5G Saat Ini?