Sabtu, 21 September 2024

Vokalis Eagles of Death Metal Ingin Setiap Orang Memiliki Senjata

Grup Band Eagles of Death Metal ikut berkabung dan berikan karangan bunga di Bataclan. (Foto:net)
Grup Band Eagles of Death Metal ikut berkabung dan berikan karangan bunga di Bataclan. (Foto:net)

TitikNOL - Pengalaman buruk saat menggelar konser di gedung Bataclan, di Paris, Perancis, pada 13 November 2015 lalu, masih menorehkan luka di benak Jesse Hughes, personel Eagles of Death Metal. 

Saat grup band asal Amerika Serikat ini tengah beraksi, tiba-tiba sekelompok orang bersenjata memberondong peluru ke arah deretan penonton, hingga menewaskan 130 orang. 

Kepada stasiun televisi Perancis iTele, sebagaimana dikutip USA Today, baru-baru ini, Hughes menyatakan, pengawasan penggunaan senjata saja tak cukup kuat untuk membendung aksi kekerasan.

“Setiap orang harus memiliki senjata,” kata Hughes kepada iTele. Penyanyi, penulis lagu dan pemain gitar ini mengaku belum bisa mengenyahkan mimpi buruk kejadian nahas di Bataclan. 

“Saya pikir, dengan membicarakan tentang hal ini maka beban saya bakal lebih ringan,” kata Hughes. “Saya kira, dengan mengeluarkan uneg-uneg saya merasa lebih baik, ternyata tidak.”

Pengawasan senjata, menurut Hughes, tak bisa menyelesaikan isu terorisme. Ia malah menantang, “Sanggupkah pengawasan senjata di Perancis menghentikan pertumpahan darah di Bataclan?”

Di mata Hughes, justru keberanian para pria bersenjata pihak berwajiblah yang terbukti mampu meredam aksi terorisme. Ia pun menyadari, banyak orang bakal tak sependapat dengannya. 

Pasca tragedi Paris, Hughes dan grup band-nya masih aktif berkonser. Pada Selasa malam kemarin (16/2), Eagles of Death Metal manggung di Olympia Theatre di Paris.

Hughes menyebut aksinya di Olympia hanya “pertunjukan rock biasa saja.” Padahal di sekeliling gedung pertunjukan, polisi berjaga-jaga. Hal ini tentu saja menimbulkan kepanikan tersendiri.

“Bagi saya, rock and roll selalu menyenangkan dan saya tak akan membiarkan seorang pun merenggut kesenangan ini dari saya atau teman-teman saya,” kata Hughes, dikutip Daily Mail.

Pengawasan berlebihan polisi di luar gedung pertunjukan tentu saja menyurutkan rasa senang itu. Namun Hughes tetap mengajak semua orang bersenang-senang, dan meninggalkan kepedihan.

Hughes berharap, konser kali ini membuat dirinya, juga orang-orang di sekitarnya, termasuk rekan segrup band dan para penggemar, merasa jauh lebih baik dan menjadi lebih kuat. 

“Saya harap, saya bisa naik panggung dan menjadi lebih kuat,” kata Hughes. “Saya tak ingin merepih di hadapan banyak orang. Itu ketakutan terbesar saya. Konser ini terapi buat saya.”

Cinta dan dukungan para penggemar, diakui Hughes, juga menjadi sumber kekuatannya, sekalipun sejatinya ia takut. Karena itu, ia pun berusaha tegar agar orang-orang lain tertular tegar. 

Beberapa korban selamat dari tragedi Bataclan turut menyaksikan konser Eagles of Death Metal di Olympia Theatre. Mereka senang, kali ini bisa menyaksikan konser idolanya sampai tuntas. 

Saat diwawancarai stasiun televisi Swedia TV4, seperti dikutip NBC News, baru-baru ini, Hughes berpesan, “Kita harus menyalakan cahaya hati. Saya tak akan membiarkan penjahat menang.”

 

 

 

Sumber: www.cnnindonesia.com

Komentar