SERANG, TitikNOL - Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Serang dalam merevilitasi Gedung Juang di Jl Ki Masjong menuai kritikan dari pegiata pustaka.
Pasalnya, penggunaan Gedung Juang untuk sebuah perpustakaan dinilai tidak representatif. Disisi lain, lokasi Gedung Juang yang ada di pusat kota Tidak akan nyaman bagi pembaca dan akan menambah kemacetan.
Pegiat Pustaka Aip Rohadi mengatakan, membuat perpustakaan itu tidak harus dicerminkan dengan sebuah keramaian. Melainkan, harus memiliki estetika dan pelayanan yang khusus untuk masyarakat.
"Ilustrasinya gimana, lah orang disitu macet, orang mau masuk Rumah Sakit juga terhambat. Perpustakaan bukan tempat yang harus ada di keramaian, justru perpustakaan menyediakan ruang untuk pelayanan," katanya saat dihubungi TitikNOL, Rabu, (08/01/2019).
Baca juga: Kepala TK Pertiwi di Gedung Juang Tolak Rencana Pemindahan Sekolah
Menurutnya, membangun sebuah perpustakaan itu harus berada dalam lokasi yang strategis. Disisi lain, sebuah perpustakaan juga harus dilengkapi dengan fasilitas layanan anak, multimedia dan layanan penelitian.
"Bangun perpustakaan itu di tempat yang megah yang masyarakat bisa datang dan mendapat layanan dia inginkan entah bacaan anak, ruang anak. Peneliti juga tidak mau berisik ada demo di Alun-alun, mau di tempat yang nyaman juga," ujarnya.
Ia menyebutkan, Gedung Juang akan jauh lebih hidup dengan aktivitas yang sakral dan nilai-nilai sejarahnya jika dikelola oleh komunitas sejarah atau dijadikan sebuah Museum.
Sebuah perpustakaan tidak melulu harus menggunakan konsep gedung bersejarah. Yang lebih penting, capaiannya dari pepustakaan harus sampai menuju smart city dan masyarakatnya memang cerdas.
"Dari sini alih-alih membangun Kota Serang menurut saya capaiannya nggak kena bangun Perpustakaan juga sekedar punya, ngerawat gedungnya juga sekalian sama perpustakaan. Ini yang kacau menurut saya membangunnya," terangnya. (Son/Tn1)