SERANG, TitikNOL - Kisah pilu dialami Marni (47) warga Kebasiran Tanggul, Kelurahan Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten.
Marni mengaku sering tak mandi sejak musim kemarau panjang. Hal itu dampak sulitnya mendapatkan air bersih.
Jarang mandi terpaksa menjadi pilihan untuk mencukupi kebutuhan mencuci dan masak. Terlebih, dirinya kewalahan lantaran mendapatkan air bersih harus beli.
"Iya jujur. Mau beli gak punya uang kan, ya 2 hari gak mandi," katanya saat menimba air di sumur buatan, Selasa (3/10/2023).
Ia mengungkapkan, sejak kemarau panjang mendapatkan air harus beli. Harga Rp20 ribu bisa mendapat air segerobak.
Ditambah, air kali yang biasanya digunakan mandi dan mencuci, kondisinya kering.
Untuk mendapatkan air, warga pun terpaksa menggali sumur buatan di lahan bekas empang dengan kedalaman 1,5 meter.
"Padahal asin ini (airnya). Bekas empang dikasih jaer nila, tapi kalau musim kering begini, tapi ada hikmahnya juga tumbuh kangkung. Hampir 2 bulan (sulit air), bikin sumur buatan," ungkapnya.
Saat ini, warga yang tidak memiliki sumir bor harus mengirit menggunakan air bersih.
Bahkan, dirinya mengaku sudah terbiasa bangun tidur hanya cuci muka dan menggosok gigi dari air sumur buatan yang payau.
"Mandi juga jarang, paling sikat gigi, cuci muka," ucapnya.
Menurutnya, bantuan air bersih baru terdistribusikan di lingkungan Kebasiran Tanggul sekali. Pihaknya meminta pemerintah agar peduli dengan kondisi masyarakat yang kesulitan air bersih.
"Bantuan baru kali ini, buat mandi, masak, nyuci. Dicukup-cukupin aja. Yang sering di kampung sebelah, kita kan jauh ngambilnya," tuturnya. (Son/TN3)