SERANG, TitikNOL - Hanya karena masalah wanita, seorang siswa SMK di Kota Serang, babak belur. Dugaan sementara, siswa bernama Amin Sobri (17) warga Kampung Pendeuy, Desa Lebak, Kecamatan Ciomas itu dikeroyok 15 oknum polisi.
Informasi yang diperoleh, peristiwa bermula saat korban hendak pulang sekolah sekitar pukul 13.00 WIB. Tiba-tiba ada sejumlah orang diduga berseragam polisi menyeretnya dan memukulinya.
“Di depan sekolah dia (diduga oknum polisi) datangi saya terus ngobrol. Saya minta maaf kedia atas perkataan saya yang semalam tapi dianya malah ngajak ribut terus mukul saya,” kata Amin, ditemui di Rumah Sakit dr. Dradjat Prawiranegara, Rabu (19/10/2017).
Setelah dipukuli, Amin akhirnya dipisahkan oleh warga setempat dan dibawa ke warung di area sekolah SMK PGRI 1 Kota Serang di jalan Ciwaru Raya, Kampung Cipare, Kecamatan Serang.
“Setelah itu dipisahin sama warga saya dibawa ke warung, terus saya sama temen-temen di warung ternyata dia masih di sekitaran situ. Datang lagi ke warung mau menyeret saya lalu saya dipukuli di situ,” ungkapnya.
Tak berhenti d isitu, Amin mengaku dipukuli tiga oleh tiga orang yang diduga menggunakan seragam polisi.
”Ada tiga orang menyeret saya terus mukul saya, tak lama kemudian ada satu mobil datang lagi satu persatu nampar saya. Saya lihat menggunakan seragam tapi pake jaket,” lanjutnya.
Amin pun sempat akan diseret dan dibawa ke mobil. Namun dia menolak dan melakukan perlawanan. Para pelaku pun lanjut Amin tetap menyeretnya dan akan memborgolnya.
”Ini sobek ditarik, tangan saya ini luka bekas diborgol. Setelah itu ada satpam misahin saya bawa saya ke sekolah,” katanya.
Namun, para pelaku yang diduga oknum polisi ini terus mengejar ke sekolah. Beruntung dirinya berhasil diamankan pihak sekolah hingga para pelaku tersebut pergi.
“Waktu itu dibawa ke sekolah mereka mengejar tapi saya diamanin pihak sekolah. Waktu itu ada temen-temen saya yang video sama foto tapi disuruh dihapus sama mereka (diduga oknum polisi),” kata Amin usai melakukan visum.
Akibatnya, Amin mengalami luka gores dan memar di bagian kaki, tangan, punggung dan wajah lantaran diseret dan dipukuli bahkan diborgol.
Saat ditanya penyebab pertengkaran tersebut hingga berujung pengeroyokan, Amin mengaku kenal dengan salah satu diduga oknum polisi tersebut, lantaran memiliki masalah pribadi.
“Saya punya cewek, dia (pelaku) itu ngejar-ngejar cewek saya, saya mencoba ngomong kedia untuk melarang terus dianya bertele-tele bertanya-tanya kepada saya mancing emosi saya. Dan akhirnya saya dan dia emosi dan keluarlah perkataan-perkataan yang tidak baik,” jelasnya.
Amin menduga, salah satu diduga oknum polisi yang memukulinya lantaran tidak terima dengan perkataannya.
”Dianya enggak terima dengan perkataan saya, padahal saya sudah minta maaf. Saya tau dia polisi karena dia yang bilang,” lanjutnya.
Amin dan keluarganya pun lansung melaporkan kejadian tersebut ke Polda Banten usai visum di rumah sakit dr. Dradjat Prawiranegara.
”Saya sebagai ayah saja tidak pernah pukuli anak sendiri. Ini orang lain (memukul), saya sedih. Kita akan lapor ke Polda Banten,” singkat Madroji (40) ayah korban.
Sementara itu, ditemui di Polda Banten, Kabagbinops Ditsabhara AKBP Andik membenarkan peristiwa tersebut.
”Memang betul namun pihak keluarga sudah sepakat untuk diselesaikan secara musyawarah jadi tidak ada laporan,” kata AKBP Andik.
AKBP Andik menjelaskan, jika permasalahan tersebut lantaran kesalahpahaman para pemuda soal teman wanitanya.
”Ini hanya salah paham saja korban dan pelaku satu kampung dari Ciomas ini soal teman wanita mereka,” jelasnya.
Adapun untuk oknum polisi yang melakukan pengeroyokan, lanjut AKBP Andik, sudah diproses dan dilakukan pemeriksaan.
”Dua orang sudah dilakukan pemeriksaan, antara lain yang bersangkutan berinisial Bripda R. Sementara 10 anggota lainnya yang terlibat hanya empati saja kepada teman satu angkatannya dan tidak semua memukul ada yang berusaha melerai juga,” pungkasnya. (Gat/red)