SERANG, TitikNOL - Seorang warga miskin pengguna Kartu Indonesia Sehat (KIS) asal Kecamatan Tunjung Teja, Kabupaten Serang bernama Azam (64), mengaku dipersulit saat akan berobat.
Dijelaskan Tuti, keluarga Azam, awalnya pihak keluarga membawa Azam ke Puskesmas Tunjung Teja. Namun Puskesmas itu hanya melayani pasien Unit Gawat Darurat (UGD) selama 6 Jam.
Parahnya, saat datang ke Puskesmas itu, petugas tidak menanggapinya dan malahan asyik bermain gadget. Meski begitu, pihak Puskesmas kemudian menangani pasien usia pihak keluarga marah-marah.
"Dari semalam pihak Puskesmas Tunjung Teja ngaku tidak bisa melayani pasien. Tapi tadi setelah saya marah dan maksa, akhirnya bisa ditangani di UGD," ujar Tuti Minggu (28/7/2019).
Karena pasien tidak kunjung membaik, Tuti pun minta rujukan ke Puskesmas Petir. Namun di Puskesmas Petir, pasien kembali mendapatkan penolakan dengan alasan tidak ada peralatan memadai.
"Ditolak suruh pulang sama Puskesmas Petir, dengan alasan tidak ada alat," katanya.
Kemudian lanjut Tuti, atas penolakan tersebut, pihak keluarga disarankan mendatangi RSUD Dr. Drajat Prawiranegara milik Pemkab Serang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Namun karena alasan jarak, maka pihak keluarga mendatangi RSUD Banten.
"Di RSUD Banten juga hampir tidak diterima, dengan alasan tidak didampingi petugas dari Puskesmas. Tapi karena saya ngotot dan ada satu ranjang pasien kosong, maka diterima," jelasnya.
Tuti berharap, birokrasi dan pelayanan kesehatan di Banten, dapat sesuai dengan keterangan pelayanannya dan tidak dipersulit. Sebab, kondisi pasien setiap waktu dapat menurun jika tidak langsung ditangani.
"Harusnya kalau memang tertera melayani 24 jam, dapat melayani pasien tidak pilih-pilih. Intinya tolong dulu pasien, baru lainnya nyusul. Kan kalau dipersulit begini, kondisi pasien bisa semakin drop," ujarnya.
Ditanya penyakit apa yang diderita oleh pasien, Tuti mengaku belum mengetahuinya karena belum muncul hasil pemeriksaan medis.
Sementara itu, salah seorang perawat jaga Puskesmas Petir, Dede mengaku jika pihaknya bukan menolak, tetapi tidak dapat menerima rujukan, karena sudah menjadi kebiasaan Puskesmas Tunjung Teja yang memberikan rujukan bukan ke rumah sakit.
"Memang kebiasaan Puskesmas Tunjung merujuk ke sini (Red-Puskesmas Petir), bukan ke rumah sakit. Kan pasien datang harus kita cek seperti rontgen dan pemeriksaan lainnya. Sementara kami tidak bisa," tukasnya. (Lib/TN1)