LEBAK, TitikNOL - Sejumlah mahasiswa yang tergabung di Forum Silaturahmi Mahasiswa Banten (FSMB), menggelar aksi unjukrasa di depan kantor UP3 Banten Selatan di Rangkasbitung, Senin (21/9/2020).
Dalam orasinya, mahasiswa sebut adanya dugaan main mata antara pihak PLN dan salah satu perusahaan peternakan ayam boiler yang berlokasi di Desa Parungsari, Kecamatan Sajira, terkait monopoli pembayaran tagihan yang tidak masuk akal.
Menurut pendemo, Forum Silaturahmi Mahasiswa Banten sebelumnya telah melakukan audiensi dengan pihak PLN di Minggu lalu.
"Hasil audensi dengan pihak PLN tidak terjawab dengan tepat dan by data, kami memilih walk out. Kami (FSMB) menduga telah terjadi main mata antara pihak perusahaan ayam boiler dengan PT PLN UPJ Banten selatan, terkait penerangan sementara dengan daya 105.000 daya selama 30 hari nonstop 24 jam per Kwh Rp9.450 dan tagihan bulanan sebesar hanya Rp16.323.750. itu tidak logis," teriak Azis Awaludin Korlap aksi.
Kata Azis, berdasarkan hasil kajian FSMB, tagihan sebesar Rp16.323.750 selama 30 hari nonstop 24jam, dengan biaya permeter KWH Rp9.450 dari daya 105.000, keseluruhan pemakaian selama 30 hari terhitung hanya 90 jam.
FSMB menganggap sangat tidak logis, karena perusahaan ternak ayam milik pengusaha itu dengan jumlah 100.000 ekor ayam itu tidak cukup 90 jam selama 30 hari.
Sementara dalam pengajuan awal kata Azis, paket penerangan sementara untuk proyek, namun faktanya perusahaan kandang ayam boiler tersebut aktif produksi bukan untuk proyek.
"Jelas ini ada main mata dan dugaan kami pejabat PLN area Banten selatan menikmati hasil kongkalikong dengan perusahaan ayam boiler itu,"tegas Azis.
Selain itu Azis menilai, cara pembayaran yang bisa langsung dibayar sebelum adanya pemakaian listrik, hal itu sangat aneh. Tak hanya itu, selama satu tahun perusahaan ternak ayam boiler itu hanya membayar tagihan bulanan dari awal hingga saat ini dengan harga tagihan yang tetap dan sama tiap bulan ke bulan tidak ada perubahan sedikitpun.
"Kami minta pihak PLN segera mengusut tuntas persoalan ini dan kami meminta untuk memutus jaringan listrik ke perusahaan ternak ayam tersebut, sementara selama proses izin ternaknya selesai dan juga keluar izinnya," imbuh Azis.
FSMB mengaku akan mengawal persoalan ini hingga ke BUMN terutama Dirut PLN pusat yang ada di Jakarta, agar mengetahui kinerja pagawainya di berbagai daerah terutama di Lebak.
"Usut tuntas mafia PLN yang sudah bermain mata dengan pihak perusahaan ternak ayam. Putuskan aliran listrik sebelum persoalan ini selesai. Copotdan ganti semua Pimpinan PLN Lebak dari UP3 hingga ULP," tukas Korlap aksi ini.
Menanggapi aksi demo FSMB, Helda Susanti, Manajer Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan pada kantor UP3 PLN Banten selatan menilai, aksi demo mahasiswa itu hanya terjadi mis komunikasi saja.
Menurutnya, PLN Banten selatan sudah menjalankan aturan sesuai ketentuan yang ada. Helda juga mengaku bingung, terkait tuduhan pendemo soal tagihan yang disebut tidak sesuai, sementara tagihan itu sudah by sistem.
"Sepertinya kalau menurut saya ada mis saja, kalau menyatakan bahwasanya kita main mata, kayanya kalau dari sisi kita, kita punya data. Kemarin (waktu audiensi) kita sudah sampaikan juga," kata Helda.
Dijelaskan, Perusahan ternak ayam itu mengajukan pemasangan aliran listrik pada bulan September 2019, dan pihak PLN sudah menyarankan kepada perusahaan peternakan ayam untuk memasang KWH baru.
"Tapi pihak perusahaan ternak ayam itu sedang tidak punya dana," tukas Helda. (Gun/TN1).