LEBAK, TitikNOL - Himpunan Nelayan Bayah (HNB) mulai angkat bicara soal kebobrokan manajemen Koperasi Laut Qidul dan medesak PT. Cemindo Gemilang membeberkan berbagai bantuan kepada ratusan Nelayan yang dikelola melalui Koperasi Nelayan Laut Qidul (Kolaqi).
"Tadinya Kolaqi itu kan untuk kepentingan dan hak nelayan setelah adanya pabrik semen di Bayah. Sehingga, ada perjanjian antara nelayan melalui Kolaqi dengan PT.Cemindo bahwa pihak perusahan memberikan bantuan peralatan seperti jaring dan lain-lain. Selain itu nelayan juga bisa bekerja dalam bongkar muat, " ujar Darto seorang perwakilan nelayan Bayah kepada wartawan, Rabu (12/10/2016).
Baca juga: Kisruh Pengelolaan TKBM di Dermaga, Anggota Komisi IV DPRD Lebak Kunjungi Kolaqi
Darto mengungkapkan, pada perjalannya, bukan nelayan Bayah yang berjumlah sekitar 200 orang itu yang sejahtera melainkan hanya segelintir orang yang menjadi pengurus Kolaqi.
Baca juga: Izin Operasi Produksi PT Gama Group Bermasalah
"Nelayan yang dipekerjakan itu hanya diberi upah Rp2,5 juta perbulan, sementara pengurus Kolaqi yang bukan nelayan ada yang sampai Rp12 juta. Ini sebenarnya untuk kesejahtraan nelayan atau hanya menguntungkan segelintir orang?," tukas Darto.
Ia menambahkan, pengurus Kolaqi tidak transparan dalam hal pengajuan bantuan peralatan nelayan mencari ikan di laut. Bahkan pihak pengurus Kolaqi terkesan tidak terbuka. Selama ini, nelayan Bayah tidak tahu secara rill bantuan apa saja yang sudah disalurkan pihak PT. Cemindo kepada nelayan. Saat ini nelayan baru menyadari hanya dijadikan alat kepentingan pengurus Kolaqi semata.
"Ternyata nelayaan hanya diatasnamakan saja, yang mengambil keuntungan justru bukan nelayan," tegas Darto. (Gun/Rif)