SERANG, TitikNOL - Seorang buruh pabrik Cikande berinisial ME yang merupakan warga Kalodran Kota Serang, Banten, mengeluh karena hingga kini belum kunjung mendapat kejelasan mengenai proses pengajuan pembelian rumah subsidi pada perumahan Arafah yang berlokasi di wilayah Carenang, Kabupaten Serang.
Menurut penuturan ME, dirinya telah mentrasfer uang kepada marketing perumahan senilai Rp1 juta sebagai biaya booking fee ke rekening atas nama pribadi pegawai tersebut. Meski bingung dana dimaksud dikirim bukan ke rekening perusahaan namun ia nurut saja lantaran belum pernah membeli rumah subsidi sebelumnya.
"Promo perumahan Arafah memang kata marketing L (inisial pegawai perumahan, red) DP Rp0 atau gratis. Namun booking fee nya Rp1 juta. Selain itu tidak ada embel-embel apa-apalagi. Ya sudah, saya transfer tuh Rp1 juta ke rekening pribadi dia," kata ME, Selasa (23/07/2024).
Beberapa hari setelah transaksi, istri sang marketing menghubunginya via pesan whatsapp, rupanya dia merupakan buruh di pabrik yang sama tempat ME bekerja. Mewakili suaminya, wanita itu meminta uang senilai Rp1,5 juta ke rekening pribadinya sebagai biaya pemberkasan dan surat menyurat untuk pengajuan rumah tersebut ke Bank BTN. Permintaan itu dituruti oleh ME.
"Gak lama dari transfer booking fee, istrinya whatsapp saya. Minta duit tambahan Rp1,5 juta. Alasannya untuk pemberkasan dan surat menyurat ke Bank BTN. Saya sempat bingung, cuman karena saya pikir dia sepabrik dengan saya yaudah saya percaya gak akan kabur atau bikin masalah dong?" ujar ME.
Di minggu-minggu selanjutnya ME kemudian mendapatkan kabar dari istri marketing perumahan tersebut bahwa BI Checking miliknya terdeteksi memiliki kendala dalam pengajuan, lantaran ada pinjaman online yang perlu dia lunasi.
Tak pikir panjang dengan tabungan yang tersisa ME pun menuruti instruksi tersebut. Namun setelahnya dia kembali diminta mengirimkan uang sejumlah Rp2,5 juta ke rekening pribadi wanita itu dengan alasan pembayaran DP angsuran bulan pertama dan biaya lobi Bank BTN.
"Karena saya gak ada uang, itu yang Rp2,5 juta belum saya kirim. Tapi dia nih neleponin terus, katanya biaya angsuran pertama dsn lobi BTM atau apalah itu supaya dapet rumah sudah ditalangin pakai uangnya pribadi. Dia mau pakai uangnya untuk daftar sekolah anak," tuturnya.
ME yang resah menjelaskan akan segera membuka laporan aduan kepada pihak kepolisian bersama keluarganya untuk membawa perkara ini ke ranah hukum. Dia merasa dirugikan karena terpedaya mengirimkan uang ke rekening pribadi pegawai serta istrinya itu.
Terkait hal ini Marketing L, ditemui di kantor pemasaran perumahan Arafah mengatakan pihaknya hanya memiliki satu buah promo saat ini, yakni DP Rp1 juta all in tanpa tambahan biaya apapun hingga pembeli menerima kunci rumah subsidirinya. Dirinya juga mengungkapkan penjualan unit Perumahan Arafah belum banyak, bahkan tidak menyentuh angka 20 bangunan.
"Kalau di kita sih sekarang ini hanya ada promo DP Rp1 juta itu all in terima kunci. Belum banyak yang terjual, paling ada sepuluh sampai dua puluh rumah," katanya.
Dikonfirmasi di kantor Developer Perumahan Atafah, perwakilan management perusahaan property dan material bangunan itu, Winda, mengaku pihaknya akan menindaklanjuti aduan dari customer kali ini dengan melaporkan kepada pimpinan.
"Ini kan sekarang bosnya sedang di luar negeri, lagi di Australi. Kami tindak lanjuti ke pimpinan terlebih dahulu. Kerugiannya di atas Rp2 juta kan, jadi kami tindak lanjuti segera," ujar Winda. (RZ/TN)