Sabtu, 23 November 2024

Pulihkan Nama Baik, Suku Baduy Klarifikasi Soal 'Madu Baduy Palsu'

Barang bukti yang di musnahkan 1 derigen besar dan 20 botol madu palsu,hasil razia masyarakat suku adat Baduy di wilayah desa kanekes. (Foto: TitikNOL)
Barang bukti yang di musnahkan 1 derigen besar dan 20 botol madu palsu,hasil razia masyarakat suku adat Baduy di wilayah desa kanekes. (Foto: TitikNOL)

LEBAK, TitikNOL - Pasca Polda Banten berhasil mengungkap sindikat pembuat madu palsu khas Lebak yang beromzet miliaran rupiah pada (10/11/2020) lalu, lembaga adat masyarakat Suku Baduy melalui Pemerintah Desa Kanekes, Kacamatan Leuwidamar, menggelar siaran pers untuk memulihkan nama baik masyarakat Suku Baduy.

"Setelah ramai diluar terkait madu palsu, memang saya merasakan kebodohan soalnya polosnya saya itu. Saya tidak tahu yang mana madu asli dan yang palsu. Setelah itu saya berkumpul dengan lembaga adat, kalau masih ada madu palsu di Desa Kanekes ini, harus diberantas jangan sampai ada lagi, itu sudah hasil kesepakatan," ungkap Kades Kanekes, Saija, kepada wartawan, Minggu (22/11/2020).

"Sekarang saya membuktikan, bahwa madu yang katanya palsu. Mau saya buang, mau dibakar dan untuk kedepannya jangan sampai ada lagi kejadian seperti madu palsu ini," tambah Saija.

Baca juga: Polda Banten Bongkar Pembuatan Madu Palsu, Pelaku Raup Untung hingga Rp8 M

Menanggapi hal itu, Uday Suhada, Pemerhati masyarakat adat Baduy mengatakan, terdapat sekelompok orang yang mengeksploitasi keberadaan masyarakat Baduy untuk mencari keuntungan materi tanpa mempertimbangkan dampaknya.

"Sebetulnya sudah berjalan bertahun-tahun saya perhatikan. Jadi sekelompok orang yang mengeksploitasi keberadaan masyarakat Baduy itu hanya mengedepankan soal keuntungan materi, tanpa mempertimbangkan satu eksploitatif terhadap masyarakat adat Baduy (Kanekes). Yang kedua, soal kesehatan masyarakat konsumen madu di tanah air," kata Uday Suhada.

Masa pandemi covid 19 saat ini lanjut Uday, otomatis banyak sekali masyarakat yang mencari madu untuk kepentingan ketahanan tubuhnya.

"Sebagai pencinta Baduy dan sebagai orang yang peduli terhadap masyarakat adat Baduy, turut melakukan investigasi ke pabrik pembuatan madu palsu, salah satunya ada di Joglo (Jakarta Barat,) dan terbukti terdapat produsen madu palsu, bahwa itu bahan bakunya tidak setetespun madu asli. Jadi selebihnya hanya gula putih dan cairan zat kimia lain seperti soda dan jenis jenis zat kimia lain yang membahayakan kesehatan masyarakat," ungkap Uday Suhada.

"Jadi itu kita laporkan ke aparat kepolisan, dan alhamdulillah pertanggal 11 November yang lalu Polda Banten sudah melakukan siaran pers tentang pembongkaran mafia madu palsu ini," papar Uday Suhada.

Hal itu kata Uday, perlu adanya klarifikasi dari lembaga adat untuk memulihkan nama baik Baduy yang selama ini terkenal dengan prinsip "Hirup lojor temenang di potong, pondok temenang di sambung", dengan mengedepankan kejujuran kesederhanaan apa adanya.

"Harus diingat bahwa masyarakat adat Baduy selama ini ternyata dibodohi, dibohongi. Dieksploitasi dan orang Baduy adalah pihak yang dikorbankan. Saya kira aparat penegak hukum juga bisa memilah, mana yang menjadi penyebab dan mana yang menjadi akibat. Penyebabnya adalah mafia sindikat pembuat madu palsu dan distributor utamanya. Korbannya adalah masyarakat suku adat Baduy," tandasnya. (Zal/TN1)

Komentar