Minggu, 17 Agustus 2025

Warga Lontar Masih Rasakan Dampak dari Pengerukan Pasir Laut

Ilustrasi. (Dok: Katabatam)
Ilustrasi. (Dok: Katabatam)

SERANG, TitikNOL – Ada harapan dari warga di pesisir pantai Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, soal siapa sosok yang akan menduduki jabatan Bupati Serang pada Pilkada 2020 Kabupaten Serang yang akan digelar 9 Desember mendatang.

Menurut warga, sosok pemimpin yang diharapkan akan menjabat Bupati Serang periode 2020-2025 mendatang, harus memiliki komitmen menjaga lingkungan dan lebih peduli terhadap lingkungan serta tidak punya rekam jejak dalam eksploitasi alam.

Salah satu nelayan Berambang, Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Ari Komari menuturkan, petani tambak dan nelayan mengaku trauma dengan penyedotan pasir laut di daerah tersebut. Sebab dampaknya masih dirasakan hingga saat ini.

“Dampak pengerukan pasir laut itu sampai saat ini dirasakan oleh masyarakat. Seperti kemarin kejadian peristiwa yang sejak saya kecil dulu tidak pernah terjadi. Ketika pasang, air laut rob itu sampai ke pemukiman warga. Kalau dulu ketika air laut pasang ada pasir yang menahan air laut sehingga tidak sampai masuk ke pemukiman warga. Tapi karena pengerukan pasir besar-besaran saat itu air laut ketika pasang langsung naik ke pemukiman warga,” ujar Ari kepada wartawan, Kamis (12/11/2020).

Tidak hanya itu, dampak eksploitasi lain yang terjadi sampai hari ini yakni ekosistem yang menjadi rumah ikan di zona tangkapan menjadi hancur dan berganti lumpur. Pendapatan nelayan pun menjadi berkurang.

“Ketika nelayan memasang jaring ikan di area tangkapan jaring tersebut, biasanya akan hilang terbawa lumpur. Itu mungkin karena pasir yang sebelumnya berada di atas lumpur serta rumah-rumah ikan yang ada di atasnya sudah hilang,” imbuhnya.

Sebelumnya kata Ari, perusahaan yang melakukan pengerukan pasir saat itu pernah berjanji kepada masyarakat untuk melakukan pemulihan dengan cara membuat rumah-rumah ikan. Tapi sampai pengerukan selesai hingga saat ini, janji itu tidak pernah terealisasi.

“Laut sudah dikeruk dan sudah rusak ditinggalkan begitu saja,” keluh Ari.

Sampai saat ini ujar Ari, warga masih trauma, karena pada tahun-tahun sebelumnya aksi penolakan penyedotan pasir laut tidak pernah digubris oleh Bupati Serang saat itu.

“Meski warga demo berkali-kali menolak pengerukan pasir, penyelesaiannya tidak objektif, karena kalaupun ada penolakan dari warga pengerukan pasir terus terusan berjalan. Pemerintah saat itu tidak ada perhatian, bahkan nelayan yang demo diduga tertembak (oknum aparat),” ujarnya.

Oleh sebab itu, masyarakat pesisir berharap besar terhadap pemimpin yang tidak terlibat dalam kejahatan dan eksploitasi alam. Sebab eksploitasi alam itu merugikan masyarakat nelayan yang hidup dari kekayaan alam. (TN2)

Komentar